Menyesatkan, Foto dengan Klaim Terawan akan Bertugas di Jerman
Jumat, 1 April 2022 14:52 WIB
Sebuah foto dengan narasi memberikan selamat buat Dr. Terawan yang akan bertugas di Jerman, beredar di Twitter 29 Maret 2022. Foto itu adalah tangkapan layar dari berita media online berjudul “Selangkah lagi Dr. Terawan resmi menjadi milik Jerman”.
“Selamat buat Dr. Terawan yang sebentar lg akan Resmi jd Milik Jerman dan bertugas di sana Hilang satu Aset Negara,” tulis salah satu akun.
Dalam berita itu, terlihat bahwa Terawan berfoto dengan sejumlah dokter asing. Di dalamnya terdapat teks bertuliskan, “Dr. Terawan dari RS Gatot Subroto yg dipecat dari IDI, dikontrak oleh salah satu RS top di Jerman untuk mengembangkan sistem pengobatan stroke yang beliau temukan. Selamat Jerman.”
Postingan ini beredar setelah mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto diberhentikan dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Keputusan itu ditetapkan dalam Muktamar XXXI IDI di Banda Aceh, Jumat petang, 25 Maret 2022.
PEMERIKSAAN FAKTA
Hasil pemeriksaan fakta Tempo menunjukkan, foto tersebut adalah saat Terawan Agus Putranto memenuhi undangan Rumah Sakit Krankenhaus Nordwest Jerman pada 2018.
Dengan menggunakan reverse image tool milik Google, foto tersebut pernah dipublikasikan oleh sejumlah media. Tribunnews Jakarta misalnya, menulis, Terawan yang saat itu menjadi Kepala RS Gatot Subroto memenuhi undangan Rumah Sakit Krankenhaus Nordwest Jerman pada April 2018 untuk mengenalkan metode cuci otak digital subtraction angiography (DSA).
Informasi tersebut juga dimuat di laman Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) pada 14 Mei 2018. Dalam laman tersebut, disebutkan bahwa Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat (RSPAD) tengah menjajaki kerja sama dengan Nordwest Krankenhaus, rumah sakit ternama dan tertua di Frankfurt, Jerman. Kolaborasi bermula dari kunjungan Kepala RSPAD, Mayjen Dr. dr. Terawan Agus Putranto, SpRad ke Nordwest Krankenhaus, awal April 2018.
Selanjutnya, pada Rabu (9/5) Prof Dr Thomas Kraus Weiner, perwakilan Nordwest Krankenhaus, datang ke RSPAD untuk menindaklanjuti letter of intent atau kerja sama.
Namun Tempo tidak menemukan informasi lanjutan kerja sama tersebut di situs Rumah Sakit Nordwest Krankenhaus, maupun di akun twitter rumah sakit tersebut.
Tentang cuci otak metode digital subtraction angiography (DSA)
Cuci otak metode DSA tersebut selama ini menjadi kontroversi di kalangan dokter. Dikutip dari Tempo, metode tersebut dituangkan dalam disertasi berjudul "Efek Intra Arterial Heparin Flushing terhadap Cerebral Flood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien Iskemik" yang diuji pada 8 Mei 2016 di Universitas Hasanuddin, Makassar itu mendapat predikat "sangat memuaskan". Ada empat kesimpulan dan empat saran di akhir disertasi itu.
Kesimpulan pertama menyatakan tindakan intra-arterial heparin flushing atau metode 'cuci otak' berpengaruh untuk meningkatkan cerebral blood flow atau aliran darah ke otak. Kesimpulan itu terhubung dengan saran nomor empat, yaitu metode 'cuci otak' dapat digunakan sebagai alternatif pencegahan sekunder (deteksi dini) atau tersier (pengobatan) pada pasien stroke iskemik--kondisi saat pasokan darah ke otak terganggu akibat penyumbatan--kronis.
Meski baru diujikan pada 2016, Terawan mengatakan metode itu mulai digunakannya pada 2005. Lima tahun sebelum diuji (2011), metode Terawan menimbulkan perdebatan di kalangan dokter.
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Mohammad Hasan Machfoed mempersoalkan kesimpulan disertasi Terawan. Sebab belum ada panduan universal yang berbasis bukti medis dalam penanganan stroke. Pendapat Hasan dikuatkan Teguh, yang menjadi penguji disertasi Terawan. Menurut dia, metode 'cuci otak' tidak bisa dijadikan rujukan untuk pengobatan, tapi hanya untuk deteksi dini.
Terawan berkukuh bahwa metode yang ditemukannya bisa dipakai sebagai terapi. "Kalau ilmunya hanya sampai diagnosis, ya, pandangan dia hanya diagnosis."
Saat itu, Tempo dan Tirto.id membaca ulang disertasi Terawan dan membandingkan substansinya dengan rujukan ilmiah dalam daftar pustaka. Hasilnya, sebagian kesimpulan Terawan diduga tidak memiliki dasar kuat. Menurut Hasan Machfoed, "Tidak ada satu pun (literatur) dalam disertasi tersebut yang menyokong bukti heparin bermanfaat untuk stroke," katanya pada Selasa, 26 November 2019.
Yang juga dipersoalkan kalangan dokter adalah metode penelitian Terawan. Dia menyimpulkan 'cuci otak' terbukti memberikan perbaikan untuk penderita stroke iskemik berdasarkan penelitian pendahuluan pada 2011-2014 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.
Persoalannya, kata sejumlah dokter yang ditemui Tempo, penelitian selama periode itu dilakukan tanpa information consent (lembar persetujuan) dari obyek yang diteliti. Terawan menampik tudingan ini. Ia mengaku telah menjelaskan segala macam prosedur kepada pasiennya. Terawan juga menyatakan telah memperoleh persetujuan etis (ethical clearance) dan bioetik dari kampusnya sebelum menggelar riset.
"Kalau orang lain memandang itu berbeda, mosok aku ngeyel. Ya, sudah, telan saja pendapatmu," kata Menteri Kesehatan ini.
KESIMPULAN
Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan bahwa foto yang diklaim Terawan akan bertugas di Jerman adalah menyesatkan. Foto tersebut adalah saat Terawan Agus Putranto, yang saat itu menjadi Kepala RSPAD memenuhi undangan Rumah Sakit Krankenhaus Nordwest Jerman pada 2018.
Tim Cek Fakta Tempo
**Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan jaringan Cek Fakta yang terdiri atas Aliansi Jurnalis Independen (AJI) serta Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) sedang melaksanakan riset penulisan Cek Fakta bekerjasama dengan tim akademisi dari Universitas Media Nusantara. Riset ini dilakukan dengan, salah satunya, mengadakan survei.
Tujuan dari survei ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang akurat serta input dari publik terkait dengan produk Cek Fakta, dari aspek format dan model distribusi. Hasil survei ini akan digunakan sebagai masukan perbaikan produk Cek Fakta agar publik membaca produk-produk cek fakta yang dihasilkan media jaringan Cek Fakta sebagai referensi melawan dis/misinformasi yang beredar di masyarakat.
Anda bisa berpartisipasi dengan mengisi survei di tautan berikut: Survei CekFakta