Keliru, Ini Bentuk Kristal Air Biasa dan Kristal Air Zamzam yang Berhasil Diabadikan Masaru Emoto
Selasa, 14 Desember 2021 12:53 WIB
Kolase foto dua bentuk kristal air temuan Masaru Emoto beredar di media sosial. Kolase foto tersebut dibagikan dengan klaim sebagai penampakan kristal air biasa dan kristal air Zamzam.
Di Twitter, gambar tersebut dibagikan akun ini pada 5 Desember 2021 disertai narasi, “Begini penampakan molekul air biasa dan molekul air Zamzam dilihat menggunakan mikroskop.”
Hingga artikel ini dimuat, gambar tersebut telah mendapat 125 likes dan diretweet sebanyak 17 kali. Apa benar ini foto kristal air biasa dan air zamzam yang berhasil diabadikan Masaru Emoto?
PEMERIKSAAN FAKTA
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital gambar tersebut dengan menggunakan tool reverse image Google dan Yandex. Hasilnya, gambar pertama merupakan bentuk kristal air yang terbentuk setelah mendapat pengaruh dari music “Swan Lake” karya Tchaikovsky. Sementara foto kristal air yang kedua merupakan kristal air yang terbentuk setelah dibacakan doa dari seorang biksu Buddha.
Gambar yang identik pernah dimuat situs masaru-emoto.net. Foto pertama merupakan wujud kristal air setelah mendapat pengaruh music “Swan Lake” Tchaikovsky. Sementara foto kristal air yang kedua merupakan kristal air yang terbentuk setelah dibacakan doa dari seorang biksu Buddha.
Situs ini menampilkan sejumlah karya fotografi kristal air yang terbagi dalam empat kategori yakni air alami, pengaruh musik, pengaruh kata-kata dan kekuatan doa.
Bentuk kristal air Zamzam temuan Masaru Emoto sendiri pernah dimuat situs nationalgeographic.grid.id pada 12 Mei 2021 dengan judul, “Bentuk Asli Kristal Unik Air Zamzam dari Penelitian Masaru Emoto.” Keterangan foto menjelaskan bahwa molekul air Zamzam membentuk dua kristal.
Dilansir dari nationalgeographic.grid.com, Masaru terkenal berkat paparan penelitian resonansi kristal air yang ditangkap melalui foto mikroskopis. Masaru mencoba membuktikan bahwa air tidak hanya berbicara tentang senyawa H20 saja.
Penelitiannya menunjukan bahwa pikiran, kata-kata, emosi, doa, dan musik memilik efek langsung pada pembentukan kristal air. Dan karena tubuh dan planet kita sebagian besar adalah air, pikiran dan kata-kata tidak hanya memengaruhi pikiran kita sendiri, tetapi juga dunia.
Eksperimen Masaru melibatkan pemaparan gelas berisi air ke berbagai kata, gambar atau musik. Kemudian membekukan air dan memeriksa kristal beku di bawah mikroskop. Penelitianya memperlihatkan bahwa kata-kata dan emosi positifm musik klasik dan doa positif yang diarahkan ke air menghasilkan kristal yang indah.
Dikutip dari laman flaska.eu, metode Dr Masaru Emoto didasarkan pada prinsip pembekuan berbagai sampel air 0,5 ml. Kemudian, potongan-potongan kecil es diekstraksi dari sampel dan digunakan sebagai apa yang disebut "benih" dari mana kristal air kemudian tumbuh.
Kristal terbentuk pada suhu antara -5 dan 0 °C dalam berbagai bentuk berdasarkan kesimpulan Dr Emoto tentang kualitas air. Air dengan struktur internal yang hancur (karena pengaruh mekanis, kimia atau getaran) tidak membentuk kristal atau membentuk kristal dengan bentuk yang tidak beraturan. Mata air biasanya membentuk kristal heksagonal, yang sama dengan kristal air dari Flaska di foto.
Dr Emoto telah menulis beberapa buku di antaranya yang paling terkenal adalah Messages from Water. Dalam buku tersebut, berbagai perairan dari seluruh dunia mengungkapkan wajah mereka masing-masing melalui foto kristal mereka.
Namun, beberapa ilmuan meragukan hasil penelitian Masaru. Seorang profesor biokimia dan kesadaran publik, William Reville, bahkan menyebutnya sebagai pseudoscience.
Keraguan itu didasarkan pada latarbelakang keilmuan Masaru yang merupakan lulusan dari departemen humaniora dan sains Universitas Yokohama dengan fokus Hubungan Internasional. Juga gelar doktor pengobatan alternatif yang ia dapatkan dari Open International University.
Dilansir dari irishtimes.com, William mengatakan sangat tidak mungkin ada kenyataan di balik klaim Emoto. Bahkan sebuah studi triple blind tentang klaim Masaru gagal menunjukkan efek apapun. Juga, fenomena yang dia gambarkan belum pernah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah peer review, yang hampir pasti berarti bahwa efeknya tidak dapat ditunjukkan dalam kondisi yang terkendali.
“Tapi, Anda mungkin berkata, mungkin tidak ada yang mencoba meniru efek ini di bawah kondisi yang terkendali. Saya sangat meragukan itu. Bagaimanapun, fenomena Emoto akan luar biasa, jika benar, dan demonstran dari fenomena tersebut akan mencapai ketenaran instan dan, mungkin, keberuntungan,” kata William.
Menurut William banyak faktor dalam pekerjaan yang dijelaskan oleh Emoto tampaknya tidak terkontrol dengan baik – pembentukan kristal es diketahui dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti laju pendinginan. Juga, fotografer kristal diberitahu untuk memilih tampilan "paling menyenangkan", sangat meningkatkan kemungkinan subjektivitas yang mempengaruhi hasil.
Kristal Salju
Foto-foto yang identik dengan temuan Masaro juga pernah dimuat BBC pada 29 Desember 2015 yakni karya seorang ahli fisika bernama Ken Libbrecht. Ia telah memotret ratusan foto kepingan salju dan kristal es. Inilah beberapa foto pilihan yang indah.
"Ketika saya mulai membaca (tentang kristal es), itu menjadi semakin dan semakin menarik," kata Libbrecht. Walau dia telah mempelajarinya dalam waktu yang lama, dia masih belum yakin bagaimana kristal-kristal ini terbentuk.
Dia bereksperimen dengan membuat formasi yang berbeda. Misalnya, memproses kristal dengan temperatur yang berbeda akan secara dramatis mengubah penampilannya.
Kristal terbentuk selagi air menguap dalam udara yang sangat dingin, sehingga molekul yang membentuk kristal bergerak-gerak dalam proses tersebut.
Entah mengapa, energi yang mengikat kristal itu terkait dengan berapa banyak panas tersedia ketika mereka terbentuk.
Karena itulah mereka semua tampak berbeda. Selagi air berubah menjadi es di langit, temperatur berfluktuasi ketika air jatuh. Tidak ada dua kristal yang mengikuti lintasan yang sama persis, karena itu mereka semua bentuknya akan sedikit berbeda.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, foto-foto kristal air temuan Masaru Emoto yang diklaim sebagai kristal air biasa dan kristal air Zamzam, keliru. Kedua foto tersebut memang merupakan hasil temuan Masaru, namun foto pertama bukanlah wujud kristal air biasa, melainkan kristal air yang diklaim Masaru telah mendapat pengaruh music “Swan Lake” Tchaikovsky. Sementara foto kristal air yang kedua merupakan kristal air yang terbentuk setelah dibacakan doa dari seorang biksu Buddha.
Foto-foto temuan Masaro juga identik dengan karya seorang ahli fisika bernama Ken Libbrecht yang telah menghabiskan 15 tahun hidupnya memotret ratusan foto kepingan salju dan kristal es.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Artikel ini telah diperbarui pada 20 Desember 2021 dengan penambahan subjudul kristal salju.