Sesat, Klaim Video Air Keran Mengandung Covid-19

Senin, 2 Agustus 2021 21:07 WIB

Sesat, Klaim Video Air Keran Mengandung Covid-19

Sebuah video yang memperlihatkan dua orang berseragam satpam tengah menguji alat tes rapid antigen dengan menggunakan air keran beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa hasil uji alat rapid antigen menunjukkan air keran positif mengandung Covid-19.

Di Facebook, video tersebut dibagikan akun ini pada 26 Juli 2021. Akun ini pun menuliskan narasi, “Viral satpam ini uji air keran pakai alat tes Covid19, hasilnya positif Covid19”.

Dalam video berdurasi 3 menit itu terlihat seorang berpakaian satpam mengambil air keran dari kamar mandi. Disaksikan seorang rekannya, ia menuangkan air keran tersebut ke sebuah alat yang identik dengan alat rapid antigen. Beberapa saat kemudian alat tersebut menunjukkan hasil positif.

Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan lebih dari 5 ribu kali dan mendapat 9 komentar.

Benarkah air keran mengandung Covid-19 setelah diuji alat rapid antigen?

Advertising
Advertising

Tangkapan Layar Unggahan dengan Klaim Video Air Keran Mengandung Covid-19


PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, ahli patologi klinis dari Universitas Sebelas Maret (UNS) dr Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, hasil positif pada alat rapid test antigen bisa muncul akibat adanya kandungan pH atau derajat keasaman yang dideteksi oleh alat tersebut.

Eksperimen serupa pernah dilakukan aktris Rina Nose dengan menggunakan sambal cireng. Beberapa saat kemudian alat rapid tes yang digunakan Rina Nose menunjukkan hasil positif.

Dilansir dari Kompas.com, dr Tonang Dwi Ardyanto pun menanggapi hal itu menggunakan perumpamaan tes kehamilan atau tespek. "Tes kehamilan itu kalau ditetesi sembarang cairan juga (hasilnya) positif. Itu namanya menggunakan (alat tes) tidak pada tempatnya," katanya.

dr Tonang menjelaskan alat rapid test antigen memiliki batas pH tersendiri untuk menunjukkan hasil positif atau negatif sebuah sampel yang di uji. "Jadi persoalannya tentang pH. Ada batas pH yang pas untuk pemeriksaan tersebut (Rapid Test Antigen)," kata Tonang.

Apabila sampel pada alat tes yang digunakan sesuai, maka hasil yang muncul pun dapat dipertanggungjawabkan. Namun apabila sampel yang digunakan adalah sampel yang tidak semestinya, sehingga kandungan pHnya lebih rendah atau lebih tinggi, maka hasil yang muncul pun tidak kredibel.

"Sampel yang pas, seperti swab, (jika) sudah diukur pada pH yang tepat (sesuai) tersebut, maka kit bekerja secara seharusnya. Tapi bila kita berikan sampel di luar pH tersebut, maka alat akan rusak. Akibatnya seolah-olah positif," papar dia.

Eksperimen Rina Nose itu juga mendapat tanggapan dari dr. Arina Heidyana. Dia mengatakan bahwa hasil tes rapid bisa saja positif palsu. “Hasilnya bisa positif palsu karena penggunaannya tidak sesuai dengan instruksi untuk alat tersebut,” kata dr. Arina seperti dilansir dari klikdokter.com.

Menurut dr. Arina, alat rapid test antigen dirancang untuk menguji virus corona dari swab nasofaring. Kalau sampelnya bukan dari swab nasofaring, alat tersebut bisa rusak.

“Membran nitroselulosa alat pemeriksaan itu kan rapuh. (Lalu) dikasih sambal cireng, ya bisa rusak. Makanya bisa timbul positif palsu,” ujar dr. Arina menjelaskan.

Di samping itu, kasus positif atau negatif palsu rapid test antigen juga marak diberitakan berbagai media. Rupanya, keterampilan petugas atau seseorang dalam mengambil spesimen swab dapat memengaruhi keakuratan hasil. Artinya, semakin tidak terampil seseorang dalam mengambil sampel, maka peluang mendapatkan hasil positif atau negatif palsu semakin lebar. Begitu pula sebaliknya.

Eksperimen yang identik juga pernah dilakukan seorang anggota parlemen Austria, Michael Schnedlitz. Ia menggunakan Coca-Cola sebagai sampel pada alat rapid test antigen dan hasilnya positif.

Menurutnya, eksperimen itu menunjukkan bahwa tes massal Covid-19 tidak berguna.

Dikutip dari okezone.com, Michael Schnedlitz melakukan tes cepat (rapid test) virus corona pada segelas cola selama pidato berapi-api yang menuduh pemerintah melakukan tirani medis. Setelah beberapa menit, tes cepat itu menunjukkan hasil positif.

Michael Schnedlitz, anggota Dewan Nasional Austria dan sekretaris jenderal Partai Kebebasan, mencela program skrining dan langkah-langkah pencegahan penyebaran virus corona pemerintah lainnya pada pidato yang disampaikan, Kamis, 10 Desember 2020.

Selama pidatonya, Schnedlitz melakukan tes Covid-19 cepat pada segelas cola, menunjukkan kepada rekan-rekannya setelah beberapa menit bahwa minuman berkarbonasi manis itu dinyatakan positif terkena virus.

Dia menyebut tes cepat itu “tidak berguna” dan mengatakan pengujian Covid-19 yang didanai publik adalah sebuah penyaluran besar-besaran uang pajak ke industri farmasi. Dia juga menuduh pemerintah menerapkan kediktatoran ringan dan merampas hak-hak dasarnya, seperti kebebasan sipil dan kebebasan berekspresi.

Sebuah perusahaan yang memproduksi tes antigen, Dialab, menilai eksperimen politisi Austria tersebut tidak dilakukan secara benar, sehingga hasilnya positif. Dialab mendemonstrasikan bagaimana melakukan tes dengan benar sehingga tes pada Coca-cola memberikan hasil negatif. Video demonstrasi itu diunggah ke Youtube oleh kanal DIALAB GmbH pada 14 Desember 2020.

Menurut Dialab, ada hal-hal diterapkan secara tidak benar saat pengetesan tersebut dilakukan. "Sampel" tidak diputar dalam cairan buffer. Padahal, jika pengujian dilakukan dengan benar, sampel seharusnya diaduk terlebih dahulu dalam cairan buffer yang menjaga nilai pH konstan.

Jika Anda menerapkan "sampel" (dalam hal ini cola, yang memiliki nilai pH 2,5), seperti dalam kasus politisi, tanpa menggunakan buffer, Anda menghancurkan protein antibodi dari tes yang dikaitkan dengan respons Virus. Ini menghancurkan lapisan penyangga dan tanda positif menjadi terlihat. Hasil ini juga akan didapat menggunakan sampel lain jika pengaplikasiannya seperti itu.

Jika Anda telah menggunakan tes dengan benar, seperti yang dijelaskan dalam sisipan paket, tes akan negatif. Untuk memberikan bukti ini, kami melakukan tes air cola dengan cara yang benar. Hasilnya negatif, seperti yang Anda lihat di video.

Dialab juga menganjurkan agar tes Covid-19 selalu dilakukan oleh staf rumah sakit atau orang yang terlatih untuk menghindari hasil dan presentasi tersebut.

Berdasarkan arsip berita Tempo, hasil evaluasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan atau lembaga independen yang ditetapkan Kemenkes kriteria produk RDT-Ag lain dengan sensitivitas yang berarti kemampuan tes untuk menunjukkan individu mana yang menderita sakit dari seluruh populasi yang benar-benar sakit hingga ≥ 80 persen dan spesifisitas berarti kemampuan tes untuk menunjukkan individu mana yang tidak menderita sakit dari mereka yang benar-benar tidak sakit ≥ 97 persen yang dievaluasi pada fase akut, walaupun demikian pemeriksaan rapid test tidak digunakan untuk diagnostik.

Pemeriksaan Rapid Test Antigen menggunakan teknik swab Antigen dengan mengambil sampel lendir dari hidung atau tenggorokan, ludah, waktu pemeriksaannya cepat hanya sekitar 15 menit. Mengutip dari publikasi internasional WHO, tes diagnostik deteksi antigen dirancang untuk secara langsung mendeteksi protein SARS-CoV-2 yang dihasilkan oleh virus yang bereplikasi di sekresi saluran pernapasan. Tes ini dikembangkan untuk penggunaan berbasis laboratorium dan dekat pasien dan disebut tes diagnostik cepat, atau RDT.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video dengan klaim bahwa air keran mengandung Covid-19 setelah diuji alat rapid antigen, menyesatkan. Menurut ahli patologi klinis dari Universitas Sebelas Maret (UNS) dr Tonang Dwi Ardyanto, hasil positif pada alat rapid test antigen bisa muncul akibat adanya kandungan pH atau derajat keasaman yang dideteksi oleh alat. Setiap alat tes sudah memiliki batasan pH tersendiri untuk menunjukkan hasil positif atau negatif sebuah sampel yang di uji. Menggunakan air sebagai sampel pada alat rapid tes juga tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan alat tersebut rusak. Alat rapid test antigen dirancang untuk menguji virus corona dari swab nasofaring.

TIM CEK FAKTA TEMPO