[Fakta atau Hoaks] Benarkah Tak Ada Analis Laboratorium yang Terkena Covid-19?
Jumat, 2 Oktober 2020 11:43 WIB
Klaim bahwa tidak ada peneliti atau analis laboratorium yang terkena Covid-19 beredar di Facebook. Klaim itu diunggah oleh akun Andrezeko pada 28 September 2020. Selain klaim tersebut, unggahan akun ini juga berisi sejumlah pertanyaan, mulai dari obat untuk pasien Covid-19 hingga penderita Covid-19 yang memiliki penyakit penyerta dan tanpa gejala.
"Kenapa mereka yg 'nguthek²' virus di laboratorium (peneliti, analis laboraorium), tidak ada yang terkena corona. Perawat sedikit menjadi " korban." Tetapi malah dokter yang justru paling jarang berinteraksi dng pasien katanya banyak korban ?” demikian bunyi salah satu pertanyaan dalam unggahan tersebut.
Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah direspons lebih dari 200 kali dan dibagikan lebih dari 400 kali. Dalam artikel pertama terkait unggahan ini, Tempo akan memverifikasi klaim soal tidak adanya peneliti atau analis laboratorium yang terkena Covid-19, termasuk jumlah perawat yang lebih sedikit terinfeksi Covid-19 dibandingkan dokter.
PEMERIKSAAN FAKTA
Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, tercatat sejumlah analis laboratorium dan perawat yang terinfeksi Covid-19. Bahkan, beberapa di antaranya meninggal. Dilansir dari Merdeka.com, terdapat 492 analis kesehatan yang positif Covid-19, di mana empat di antaranya meninggal.
Menurut Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia, Widodo, analis kesehatan yang meninggal karena Covid-19 tersebut berasal dari empat provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Daerah Istimewa Aceh.
Hal yang sama dialami oleh perawat, terutama perawat di Jawa Timur. Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Timur, Nursalam, menyebut jumlah perawat di Jawa Timur yang terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 550 orang per Juli 2020. Sementara jumlah perawat yang meninggal akibat Covid-19, per awal September, mencapai 77 orang.
Dikutip dari BBC Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat sebanyak 115 dokter meninggal karena Covid-19 per 13 September 2020. Dari jumlah itu, sebanyak 60 orang adalah dokter umum, 53 dokter spesialis, dan dua dokter residen.
Berdasarkan catatan IDI, risiko yang menyebabkan kasus kematian akibat Covid-19 pada dokter selalu berulang. IDI menduga penyebabnya antara lain minimnya alat pelindung diri (APD), kurangnya skrining pasien di fasilitas kesehatan, kelelahan yang dialami oleh para tenaga medis karena jumlah pasien Covid-19 terus bertambah, jam kerja yang panjang, serta tekanan psikologis.
Meninggalnya para dokter ini merupakan pukulan besar bagi sektor kesehatan Indonesia. Pasalnya, rasio dokter dan penduduk di Indonesia saat ini 1:2.500. Artinya, satu dokter harus menangani 2.500 pasien. Dengan meninggalnya 115 dokter selama pandemi, hampir 300 ribu penduduk Indonesia kehilangan akses dokter.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "tidak ada peneliti atau analis laboratorium yang terkena Covid-19" keliru. Data Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia menyebut sebanyak 492 analis kesehatan terinfeksi Covid-19, di mana empat di antaranya meninggal. Jumlah perawat yang terinfeksi pun cukup besar. Di Jawa Timur saja, jumlahnya mencapai 550 orang. Adapun jumlah perawat yang meninggal akibat Covid-19 di seluruh Indonesia sudah menyentuh 77 orang.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id