Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Tiga Remaja di Video ini Terkena TikTok Syndrome?

Selasa, 30 Juni 2020 19:27 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Tiga Remaja di Video ini Terkena TikTok Syndrome?

Video yang memperlihatkan tiga remaja yang mengakui bahwa dirinya mengalami TikTok Syndrome viral di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa TikTok, media sosial sekaligus platform video musik buatan perusahaan Cina ByteDance, bisa menyebabkan gangguan pada tubuh yang disebut TikTok Syndrome.

Dalam video berdurasi 4 menit 29 detik itu, terdapat tiga remaja yang menceritakan kisahnya terkena TikTok Syndrome. Mereka adalah Santika Rahmi, Kesar, dan Renaldi. Ketiganya menyatakan bahwa, akibat kecanduan bermain TikTok, tubuh mereka kerap bergerak sendiri. Mereka mengaku tidak bisa mengontrol tubuh mereka.

Di Facebook, video tersebut diunggah salah satunya oleh akun Bundanya Ayu, yakni pada 28 Juni 2020. Akun ini pun menulis narasi, “Tik tok bisa menimbulkan penyakit. Pokone lamun ayu due tik tok like dan sejenis nya. Nnti mmah gk ksih hp lgi.” Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah ditonton lebih dari 177 ribu kali dan dibagikan sekitar 6.700 kali.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Bundanya Ayu.

Apa benar tiga remaja dalam video di atas terkena TikTok Syndrome?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video di atas menjadi beberapa gambar dengan tool InVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri dengan reverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, video di atas merupakan gabungan dari tiga video yang berbeda. Tiga remaja dalam video tersebut juga tidak terkena TikTok Syndrome.

Video pertama, yang berisi pengakuan Santika Rahmi, pernah diunggah di kanal YouTube Kanara TV pada 24 Juni 2020. Kanal ini adalah kanal milik Santika sendiri. Video tersebut diberi judul "Wanita Ini Terkena Penyakit Tik Tok Syndrome??!!!!".

Namun, di atas judul tersebut, terdapat tagar yang menyebut bahwa video itu adalah parodi. Dalam keterangannya, Santika pun menulis, "Video ini merupakan video hiburan parodi dari video Tik Tok syndrome yang telah digarap oleh Creator Kesar."

Video kedua, yang berisi pengakuan Kesar, juga dibuat oleh orang yang sama, yakni Kesar. Video tersebut pernah diunggah di akun Instagram milik Kesar, @kesarnst, pada 18 Juni 2020. Video itu juga merupakan parodi. Kesar menulis keterangan sebagai berikut:

"Kisah seorang remaja yang terkena tiktok syndrome. komedi sarkas (awas konten sensitif) #awreceh #receh #tiktok #tiktokindonesia #hahaha #inspiratif #dokumenter #recehbanget #menggelitik #absurd #konyol #gaksengaja."

Adapun video ketiga, yang berisi pengakuan Renaldi, pernah diunggah oleh kanal YouTube Cikul Markucul pada 24 Juni 2020. Video itu diberi judul “Viraaaal !!! Diagnosa TikTok Syndrom | Korban TikTok | TikTokers". Sama dengan dua video sebelumnya, video ini adalah parodi. Dalam keterangan video itu, tertulis "Parodi diagnosa tiktok...ingat guys ini hanya cuman buat lucu-lucuan jangan ada yang anggap serius yah hehehe..".

TikTok Syndrome

Dilansir dari Mojok.co, jika seseorang mengatakan bahwa sindrom itu memang ada, kemungkinan yang dimaksud adalah Tourette Syndrome, sindrom yang penderitanya sering melakukan gerakan repetisi dan suara-suara yang tidak diinginkan. Gerakan tersebut dilakukan di luar kontrol otak, mirip refleks yang agak aneh. Tapi, gerakan repitisi penderita Tourette syndrome ini bukan jogetan TikTok.

Dilansir dari Tourette.org, Tourette Syndrome adalah salah satu jenis Tic Disorder. Tic merupakan gerakan dan vokalisasi yang terjadi secara tidak disengaja, namun berulang. Mereka adalah gejala utama dari sekelompok kondisi neurologis masa kanak-kanak yang dikenal secara kolektif sebagai Tic Disorder dan secara individual sebagai Tourette Syndrome (TS), motor atau vokal Tic Disorder yang kronis, dan Provisional Tic Disorder.

Dilansir dari Alodokter.com, kondisi ini biasanya dimulai pada usia 2-15 tahun, dan lebih umum terjadi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan. Tic tidak bertahan lebih dari satu tahun. Namun, pada anak-anak dengan Tourette Syndrome, tic berlangsung selama lebih dari satu tahun dan muncul dalam berbagai macam perilaku.

Hingga saat ini, penyebab pasti Tourette Syndrome masih belum diketahui. Namun, ada sejumlah dugaan bahwa kondisi ini disebabkan oleh:

  • Sistem saraf otak. Beberapa studi menunjukkan, anak dengan sindrom Tourette memiliki cacat pada struktur, fungsi, atau zat kimia otak yang menghantarkan impuls saraf (neurotransmitter), termasuk serotonin dan dopamin.
  • Genetik. Pada banyak kasus, kelainan gen yang diwarisi orang tua pada anak diduga sebagai penyebab sindrom Tourette.
  • Lingkungan. Gangguan yang dialami ibu selama masa kehamilan dan kelahiran diduga menjadi pemicu sindrom Tourette pada anak. Gangguan tersebut dapat berupa stres yang dialami ibu dalam masa kehamilan atau proses kelahiran yang berlangsung lama. Kondisi fisik bayi saat lahir juga diduga turut berdampak pada kemunculan sindrom ini, misalnya berat lahir di bawah normal. Selain itu, infeksi kuman Streptococcus pada anak diduga juga terkait dengan terjadinya sindrom ini.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa tiga remaja dalam video di atas benar-benar terkena TikTok Syndrome menyesatkan. Klaim tersebut tidak mencantumkan penjelasan bahwa video itu hanyalah video parodi yang telah disebut dalam unggahan si pencipta video.

ZAINAL ISHAQ

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id