Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sebagian Benar, Pernyataan Pejabat Bapanas soal Konflik Iran-Israel Tak Ganggu Pasokan Pangan Indonesia

Jumat, 14 Juni 2024 23:43 WIB

Sebagian Benar, Pernyataan Pejabat Bapanas soal Konflik Iran-Israel Tak Ganggu Pasokan Pangan Indonesia

Direktur Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Maino Dwi Hartono mengatakan bahwa konflik Iran-Israel, tak berdampak pada rantai pasokan pangan di Indonesia.

Konflik pada pertengahan April lalu dipicu Iran yang meluncurkan serangan pesawat nirawak dan misil ke Israel. Langkah ini sempat menimbulkan kekhawatiran masyarakat global seputar konflik di Timur Tengah semakin panas di tengah gempuran serangan Israel ke Gaza dan Rafah, Palestina. 

“Kalau pangan tidak berdampak secara langsung semisal bawang putih kan dari China terus pangan-pangan lain juga banyak yang enggak berasal dari wilayah konflik,” ujarnya di Jakarta, 18 April 2024.

Benarkah pernyataan Direktur Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan, Badan Pangan Nasional, Maino Dwi Hartono itu?

PEMERIKSAAN KLAIM

Peneliti Innovation Center for Tropical Sciences (ICTS), Riska Ayu Purnamasari mengatakan bahwa serangan Iran memang tidak berdampak secara langsung terhadap stabilitas impor pangan Indonesia. Sebab, berdasarkan data Kementerian Pertanian, Iran ataupun Israel bukanlah negara pemasok komoditas impor yang penting bagi Indonesia seperti bawang putih, kedelai, gandum, dan sebagainya.

Namun, dia mengingatkan Indonesia perlu berhati-hati jika konflik Iran-Israel memanas kembali. Konflik ini tak melulu seputar serangan militer, tetapi juga perang dagang. Apalagi, perseteruan keduanya berisiko melibatkan negara adikuasa seperti Amerika Serikat (AS) ataupun Rusia.

Situasi yang memanas, kata Riska, berisiko menyebabkan guncangan harga minyak dunia karena Iran merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar. Fluktuasi harga dapat memicu efek domino ke beraneka sektor.

“Misalnya mengganggu jalur distribusi perdagangan yang memasok berbagai kebutuhan dan ekonomi berbagai negara,” ujar dia.

Risiko ini sudah terjadi. Misalnya, pada hari Israel menyerang Rafah tanggal 28 Mei lalu, harga minyak mentah di pasar berjangka Brent, naik 27 sen menjadi US$84,49 (Rp1,37 juta) per barel. Jika kenaikan harga minyak terus terjadi, pasokan logistik dunia akan terpengaruh. Ini akan berdampak pada harga komoditas di Indonesia, termasuk harga komoditas impor pangan dan pertanian.

Riska mengingatkan situasi konflik di Timur Tengah yang tak kunjung mereda semestinya menjadi momen Indonesia untuk bersiap menjadi negara yang mandiri. Pemerintah dan masyarakat harus membangun kemandirian pangan yang berkelanjutan.

“Hal ini bisa dicapai dengan memperkuat kolaborasi antara berbagai pihak, seperti Kementerian Luar Negeri, Perdagangan, Pertanian, dan Kehutanan, serta melibatkan UMKM, jaringan petani, pelaku agribisnis, universitas, dan organisasi nonpemerintah,” kata dia.

KESIMPULAN

Pernyataan Direktur Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan, Badan Pangan Nasional, Maino Dwi Hartono bahwa konflik yang tengah terjadi antara Iran dan Israel, tak berdampak pada rantai pasokan pangan di Indonesia adalah sebagian benar.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, Iran ataupun Israel memang bukan negara pemasok komoditas impor yang penting bagi Indonesia seperti bawang putih, kedelai, gandum, dan sebagainya. 

Akan tetapi, Iran merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar. Fluktuasi harga dapat memicu efek domino ke beraneka sektor, termasuk berdampak pada harga komoditas di Indonesia berupa komoditas impor pangan dan pertanian.

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI)